KHALAF :AHLUSSUNNAH (AL-ASYI’ARIY DAN AL-MATURIDI)
kata khalaf biasanya digunakan untuk
merujukkan para ulama yang lahir setelah abad III H dengan karakteristik yang
bertolak belakang dengan apa yang dimiliki salaf, diantaranya tentang
penakwilan terhadap sifat-sifat tuhan yang serupa dengan makhluk pada
pengertian yang sesuai dengan ketinggian dan kesucia-Nya.
adapun ungkapan ahlussunnah (sering
juga disebut dengan sunni) dapat di bedakan menjadi dua pengertian,yaitu umum
daan khusus. sunni dalam pengertian umum adalah lawan kelompok syiah. dalam
pengertian khusus adalah mazhab yang berada dalam barisan asy’ ariyah dan
merupakan lawan mu’tazilah. pengertian kedua lah
yang dia pakai
dalam pembahasan ini.
A.
AL-ASY’ ARI
1. Riwayat Singkat Al-Asy’ Ari
nama lengkap al-asy ‘ari adalah abu al-hasan ali bin
isma’il bin ishaq bin salim bin isma’il bin abdillah bin musa bin bilal bin abi
burdah bin abi musa al- asy ‘ari. menurut beberapa riwayat, al- ast ‘ari lahir
di bashrah pada tahun 260 H/875M. ketika berusia lebih dari 40 tahun, ia juga
hijrah ke kota Baghdad dan wafat di sana pada tahun 324H/935 M.
al-asy’ari menganut faham
mu’tazilah hanya sampai ia berusia 40 tahun. setelah itu, secara tiba-tiba ia
mengumumkan di hadapan jamaah masjid bashrah bahwa dirinya telah meninggalkan
faham mu’tazilah dan menunjukkan keburukan-keburukannya. menurut ibnu asakir,
yang melatarbelakangi al-asy’ari telah bermimpi bertemu dengan rasulullah SAW.
sebanyak tiga kali, yaitu pada malam ke-10,ke-20,ke-30 bulan Ramadan. dalam
tiga mimipi itu, rasulullah memperingatkanny agar meninggalkan faham mu’tazilah
dan membela faham yang telah diriwayatkan dari beliau.
2. Doktrin-Doktrin Teologi Al-Asy’ari
formulasi pemikiran al-asy’ari, secara esensi antara
formulir ortodoks ekstrim di satu sisi dan mu’tazilah di sisi lain. dari segi etosnya,
pergerakan tesebut memiliki semangata ortodoks. aktualitas formulasinya jelas
menampakkan sifat yang reaksinya terhadap mu’tazilah, sebuah reaksi yang tidak dapat
di hindarinya. corak pemikiran yang sintesis ini, menurut watt, barangkali
dipengaruhi teologi kullabiah (teologi sunni yang pelopori ibn kullab (w.854M). pemikiran-pemikiran
al-asy’ari yang terpenting adalah berikut ini.
- tuhan
dan sifat-sifat-Nya.
perbedaan pendapat di kalangan mutakallimin mengenai
sifat-sifat allah tak dapat dihindarkan walaupun mereka setuju bahhwa
mengesakan allah adalah wajib. al-asy’ari dihadapkan walaupun pada dua
pandangan ekstrim. disatu pihak ia berhadapan dengan kelompok mujassimah
(antropomorfis) dan kelompok musyabbihah yang berpendapat bahwa allah mempunyai
semua sifat yang disebutkan dalam al-qu’an dan sunnah dan sifat – sifat itu
harus di fahami menurut arti harfiyahnya.
- kebebasan
dalam berkehendak
dalam hal apakah manusia memiliki kemampuan untuk
memilih, menentukan, serta mengaktualisasikan perbuatannya? dari dua pendapat
yang ekstrim, yakni jabariyah yang fatalistik dan menganut faham pradeterminism
semata-mata dan mu’tazilah yang menganut faham kebebasan mutlak dan berpendapat
bahwa manusia menciptakan perbuatannya sendiri.
- akal
dan wahyu dan criteria baik dan buruk
al-asy ‘ary mengutamakn wahyu, sementara mu’tazilah mengutamakan
akal.
al-asy ‘ary berpendapat bahwa bik dan buruk harus berdasarkan pada wahyu,
sedangkan mu’tazilah mendasarkannya pada akal.
- qadimnya
al-qur’an
al-asy ‘ary dihadapkan pada dua pandangan ekstrim
dalam persoalan qadimnya al-qur’an. mu’tazilah yang mengatakan bahwa al-qur’an
diciptakan (makhluk) sehingga tidak qadim serta pandangan mazhab hanbali dan
zahiriyah yang menyatakan bahwa al-qur’an adalah kalam allah (yang qadim dan
diciptakan). jahiriyah bahkan berpendapat bahwa semua huruf, kata dan bunyi
al-qur’an adalah qodim. dalam rangka mendamaikan kedua pandangan yang saling
bertentangan itu, al-asy ‘ary mengatakan bahwa walaupun al-qur’an terdiri atas
kata-kata, huruf dan bunyi, semua itu tidak melekat pada esensi allah dan
karenanya tidak qadim.Nasution mengatakan bahwa Al-Qura’an bagi Al-Asy’ari
tidaklah diciptakan sebab kalau ia diciptakan,sesuai dengan ayat yang
artinya;Jika kami menghendaki sesuatu.Kami bersabda,”Terjadilah”maka ia pun
terjadi.”
- Melihat
Allah
Al-Asyari tidak sependapat dengan kelompok ortodoks
ekstrim,terutama nagan Zahiriyah,yang mengatakan bahwa Allah dapat dilihat di
akhirat dan mempercayaai bahwa Allah bersemayam di Arsy.Selain itu,ia tidak
sependapat dengan Mu’tazilah yang mengingkari ru’yatullah (melihat Allah)di
akhirat.Al-Asyari yakin bahwa Allah dapat dilihat di akhirat,tetapi tidak dapt
digambarkan.Kemungkinan ru’yat dapat terjadi manakala Allah sendiri yang
menyebab kan dapat di lihat aatau bila mana ia mnciptakan kemampuan penglihatan
manusia untuk melihat nya.
- keadilan
pada dasarnya Al-Asy’ari dan Mu’tazilah setuju bahwa
allah itu adil.mereka hanyaberbeda dalam memandang makna keadilan. Al-asy’ari
tidak sependapat dengan Mu’tazilah yang mengharus kan allah berbuat adil
sehungga Dia harus menyiksa orang yang salah dan memberi pahala kepada orang
yang berbuat baik.Menurutnya,Allah tidak memiliki keharusan apapun karena ia
adalah Penguasa Mutlak.Dengan demikian,jelaslah bahwa Mu’tazilah mengartikan
keadilan dari visi manusia dirinya,sedangkan Al-Asyari dari visi bahwa Allah
adalah pemilik mutlak
- Kedudukan
Orang Berdosa
Al-Asy’ari menolak ajaran posisi menengah yang dianut
Mu’tazilah.Mengingat kenyataan bahwa iman merupakan lawan kufr,predikat bagi
seseorang haruslah salah satu di antaranya.Jika tidak mukmin,ia kafir.Oleh
karena itu,Al-Asyari berpendapat bahwa mukmin yang berbuat dosa besar adalah
mukmin yang fasik,sebab iman yidak mungkin hilang karena dosa selain kufr.
B.AL-MATIURIDI
1. .Riwayat singkat Al-Maturidi
Abu Manshur Al-Maturidi dilahirkan di Maturid,sebuah
kota kecil di daerah Samarkand,wilayah trmsoxiana di asia tengah, daerah yang
sekarang disebut Uzbekistan. tahun kelahirannya tidak diketahui secara pasti,
hanya diperkirakan sekitar pertengahan abad ke-3 hijriyah. ia wafat pada tahun
333 H/944 M. gurunya dalam bidang fiqih dan teologi bernama nasyr bin yahya
al-balakhi. ia wafat pada tahun 268 H. al-maturidiyah hidup pada masa khalifah
al-mutawakil yang memerintah tahun 232-274/-861 M.
karir pendidikan
al-maturidi lebih dikonsentrasikan untuk menekuni bidang teologi dari pada
fiqih.
2. doktrin – doktrin teologi al-maturidi
a.
akal dan wahyu
dalam pemikiran teologinya, al-maturidi mendasarkan
pada al-quran dan akal. dalam hal ini, ia sama dengan al-asy’ari. namun porsi
yang diberikannya kepada akal lebih besar dari pada yang di berikan oleh
al-asy’ari.
menurut al-maturidi,mengatuhi tuhan dan kewajiban mengetahui tuhan dapat
diketahui dengan akal. namun akal, mennurut al-maturidi, tidak mampu mengetahui
kewajiban-kewajiban lainnya.
masalah baik dan buruk,
al-maturidi berpendapat bahwa penentu baik dan buruknya sesuatu itu terletak
pada sesuatu itu sendiri, sedangkan perintah atau larangan syari’ah hanyalah
mengikuti ketentuan akal mengenai baik dan buruknya sesuatu.
al-maturidi membagi kaitan
sesuatu dengan akal pada tiga macam, yaitu:
1.
akal dengan sendirinya hanya mengetahui kebaikan
sesuatu itu;
2.
akal dengan sendirinya hanya mengetahui keburukan
sesuatu itu;
3.
akal tidak mengetahui kebaikan dan keburukan, kecuali
dengan petunjuk ajaran wahyu.
tentang mengetahui kebaikan dan keburukan sesuatu dengan akal,
al-maturidi sependapat dengan mu’tazilah.
b.
perbutan manusia
menurut al-maturidi perbutan manusia adalah ciptaan
tuhan karena segala sesuatu dalam wujud ini adalah ciptaa-nya. khusus
mengetahui perbutan manusia, kebijaksanaan dan keadilan kehendak tuhan
mengaharuskan manusia memiliki kemampuan berbuat (ikhtiar) agar kewajiban –
kewajiban yang dibebankan kepadanya dapat dilaksanakannya.tuhan menciptakan
daya (kasb) dalam diri manusia dan manusia bebas memakainya. daya – daya
tersebut diciptakan bersamaan dengan perbuatan manusia. dengan demikian, tidak
ada pertentangan antar qudrat tuhan yang menciptakan perbutan manusia dan
ikhtiar yang ada pada manusia. kemudian, karena daya diciptakn dalam diri
manusia dan perbutan yang dilakukan adalah perbuatan manusia sendiri dalam arti
yang sebenarnya, maka tentu daya itu juga daya manusia. berbeda dengan
al-maturidi, al-asy’ari mengatakan bahwa daya tersebut adalah daya tuhan karena
ia memandang bahwa perbuatan manusia adalah perbuatan tuhan. berbeda pula
dengan mu’tazilah yang memandang daya manusia yang telah ada sebelum perbutan
itu sendiri.
juga atas kehendak tuhan, tetapi tidak atas karenanya. dengan demikian,
berarti manusia dalam faham al-maturidi tidak sebebas manusia dalam faham
mu’tazilah.
c.
kekuasaan dan kehendak mutlak tuhan.
telah diuraikan diatas bahwa perbuatan manusia dan
segala sesuatu dalam wujud ini, yang baik atau yang buruk adalah ciptaan tuhan.
akan tetapi, pernyataan ini menurut al-maturidi bukan berarti bahwa tuhan
berbuat dan berkehendak dengan sewenang – wenang serta kehendaknya semata. hal
ini karena qudrat tuhan tidak sewenang –wenang (absolut), tetapi perbuatan dan
kehendaknya itu berlangsung sesuai dengan hikmah dan keadilan yang sudah ditetapkannya
sendiri.
d.
sifat tuhan
berkaitan dengan masalah sifat tuhan, terdapat
persamaan antara pemikiran al-maturidi dan al-asy’ari. keduanya berpendapat
bahwa tuhan mempunyai sifat – sifat,seperti sama,bashar, dan sebagainya.
walaupun begitu, pengertian al-maturidi tentang sifat tuhan berbeda dengan
al-asy’ari. al-asy’ari mengartikan sifat tuhan sebagai sesuatu yang bukan dzat,
melainak melekat pada zat itu sendiri. sedangkan al-maturidi berpendapat bahwa
sifat itu tidak dikatan sebagai esensinya dan bukan pula lain dari esensinya.
e.
melihat tuhan
al-maturidi mengatakn bahwa manusia dapat melihat
tuhan. hal ini diberikan oleh al-quran, antara lain firman allah dalam surat
al-qiyamah ayat 22 dan 23.
al-maturidi lebih lanjut mengatakan bahwa tuhan kelak
di akhirat dapat dilihat dengan mata, karena tuhan mempunyai wujud walaupun ia immaterial.
namun melihat tuhan, kelak di akhirat tidak sama dengan keadaan di dunia.
f.
kalam tuhan.
al-maturidi membedakan antara kalam (baca: sabda)
yangn tersusun dengan huruf dan bersuara dengan kalam nafsi adalah sifat qadim
bagi allah, sedangkan kalam yang tersusun dari huruf dan suara adalah baharu
(hadis).al-quran dalam arti kalam yang tersusun dari huruf dan kata-kata adalah
baharu(hadis). kalam, nafsi tidak dapat kita ketahui hakikatnya dan bagai mana
allah bersifat dengannya(bila kaifa) tidak dapat kita ketahui, kecuali dengan
perantara.
g.
perbuatan manusia
menurut al-maturidi, tidak ada sesuatu yang terdapat
dalam wujud ini, kecuali semuanya atas kehendak tuhan, dan tidak ada yang memaksanya
atau membatasi kehendak tuhan, kecuali karena ada hikmah dan keadilan yang
ditentukan oleh kehendaknya sendiri. oleh karena itu, tuhan tidak wajib berbuat
ash-shalah wa al-ashlah (yang baik dan terbaik bagi manusia). setiap perbuatan
tuhan yang bersifat mencipta atau kewajiban – kewajiban yang dibebankan di
kehendaakinya. kewajiban – kewajiban tersebut antara lain:
1.
tuhan tidak akan membebankan kewajiban – kewajiban
kepada manusia di luar kemampuannya karena hal tersebut tidak sesuai dengan
keadilan, dan manusia juga diberi kemerdekaan oleh tuhan dalam kemampuan dan
perbuatannya.
2.
hukuman atau ancaman dan janji terjadi karena merupakan
tuntutan keadilan yang sudah di tetapkannya.
h.
pengutusan rasul
akan tidak selamanya mampu mengetahui kewaajiban yang dibebankan
kepada manusia, seperti kewajiban mengetahui baik dan buruk dan serta kewajiban
lainnya dari syariat yang dibeban kepada manusia. oleh kare itu, menurut
al-maturidi, akal memerlukan bimbingan ajaran wahyu untuk mengetahui kewajiban
– kewajiban tersebut. jadi, pengutusan rasul berfungsi sebagai sumber
informasi. tanpa mengikuti ajran wahyu yang di sampaikan rasul berarti manusia
telah membebankan sesuatu yang berbeda di luar kemampuannya kepada akalnya.
pandangan al-maturidi ini
tidak jauh berbeda dengan pandangan mu’tazilah yang berpendapat bahwa pengutusan
rasul ketengah – tengah umatnya adalah kewajiban tuhan agar manusia dapat
berbuat baik dan terbaik dalam kehidupan.
i.
pelaku dosa besar (murtakib al-kabir)
almaturidi berpendapat bahwa orang yang berdosa besar
tidak kafir dan tidak kekal di dalam neraka walaupun ia mati sebelum bertaubat.
hal ini karrena tuhan telah menjanjikan akan memberikan balasan kepada manusia
sesuai dengan perbuatannya. kekal di dalam neraka adalah balasan untuk orang
yang berbuat dosa syirik. dengan demikian, berbuat dosa besar selain syirik
tidak akan menyebabkan pelaku kekal di dalam neraka. oleh karena itu, perbutan
dosa besar (selain syirik) tidaklah menjadikan seseoran kafir atau murtad. menurut al-maturidi, iman itu cukup
dengan tashdiq dan iqrar, sedangkan amal adalah penyempuranaan iman. oleh
karena itu, amal tidak akan menambah atau mengurangi esensi iman, kecuali hanya
menambah atau mengurangi sifatnya saja.